Do'a Agar Keinginan Tercapai

Saudara saudari yang kumuliakan,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah perantara termulia, terindah dan terbaik antara kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana kita tidak bisa melihat Allah subhanahu wata’ala, dan kita tidak akan mengenal Al qur’an kecuali dari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Allah subhanahu wata’ala tidak mengajarkan Al qur’an kepada kita secara langsung. Dalam hal ini saya ingin menukil suatu riwayat yang tsiqah dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi syarah Sunan At Tirmidzi, dimana suatu waktu sayyidina Utsman bin Hanif RA, salah seorang sahabat Rasulullah di datangi oleh seseorang dan berkata kepadanya :

“Aku ingin bertemu dengan khalifah Utsman bin Affan (Khalifah di masa itu) karena aku mempunyai hutang yang belum terselesaikan, namun untuk bertemu dengan beliau merupakan hal yang sulit karena beliau sangat sibuk”, maka sayyidina Utsman bin Hanif berkata : “Masukklah engkau ke dalam masjid, berwudhulah kemudian shalatlah 2 rakaat, setelah selesai shalat berdoalah” :
 
اَللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ، بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدِنِ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلىَ رَبِّي فِي حَاجَتِيْ هَذِهِ، فَتَقْضِي لِي. اَللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ، وَشَفِّعْنِى فِيْهِ.

“Allahumma innii as-aluka, wa atawajjahu ilayka, binabiyyika Muhammadin nabiyyir-rohmah. Yaa Muhammad, innii tawajjahtu bika ilaa robbii fii haajatii haadzihi, fataqdhii lii. Allahumma syaffi’hu fiyya, wa syaffi’nii fiihi”

“Ya Allah, aku memohon kepadaMu dan meminta kepadaMu demi nabiMu Muhammad yang penuh rahmat. Wahai Muhammad, sungguh aku meminta kepada Tuhanku atas hajatku dengan perantaramu, maka kabulkanlah untukku. Ya Allah, berilah syafaat kepadanya untuk mensyafaatiku, dan kabulkanlah doaku untuknya”

Mengapa dalam doa itu disebutkan perkataan يا محمد  / Yaa Muhammad (Wahai Muhammad), padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat. Namun ingatlah bahwa setiap kita melakukan shalat, kita selalu berbicara dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tasyahhud dengan mengucapkan:
 اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Assalaamu’alayka ayyuhan-nabiyyu warohmatullaahi wabarokaatuhu”

“Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya”
Dan dalam madzhab Syafii jika tidak mengucapkan “Assalamu ’alaika : Salam sejahtera untukmu”, maka shalatnya tidak sah, meskipun dalam madzhab yang lain diperbolehkan mengucapkan “Assalamu ’alaihi : salam sejahtera untuknya”, atau “Assalamu ‘alaa an nabiy : salam sejahtera untuk nabi”.  
Dalam riwayat shahih Bukhari disebutkan ketika salah seorang sahabat yang sedang melakukan shalat dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun ia tidak menjawab , dan setelah selesai melakukan shalat ia menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata kepada Rasulullah : “wahai Rasulullah ketika engkau memanggiku, aku sedang melakukan shalat”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Tidakkah engaku mendengar firman Allah subhanahu wata’ala” :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
( الأنفال : 24 )

“Wahai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. ( QS. Al Anfal : 24 )
Maka dikatakan oleh para imam bahwa orang-orang yang hidup pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika sedang melakukan shalat kemudian Rasulullah memanggilnya dan ia menjawab panggilan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka shalatnya tidak batal. Maka sayyidina Utsman bin Hanif mengajarkan doa tersebut kepada orang yang datang kepadanya, dan setelah orang itu melakukan shalat 2 rakaat dan membaca doa tersebut, kemudian ia keluar dan berjalan, setelah mulai mendekat dengan rumah sayyidina Utsman bin Affan, maka beliau membuka pintu, dan berkata : “wahai fulan, apa yang membuatmu datang kesini?”, kemudian orang itu berkata: “wahai sayyidina Umar, berbulan-bulan aku ingin berjumpa denganmu dan menyampaikan suatu hal kepadamu dan untuk meminta bantuan darimu”, dan setelah ia mengatakan seluruh hajatnya kepada sayyidina Umar maka beliau pun memenuhinya, lalu orang itu pergi dan menemui sayyidina Utsman bin Hanif dan berkata : “ apakah engkau telah mengatakan kepada sayyidina Umar bahwa aku ingin bertemu dengan beliau dan membicarakan hajatku kepada beliau?”, maka Utsman bin Harits berkata bahwa ia tidak mengatakan hal itu kepada sayyidina Utsman bin Affan, orang itu kembali berkata : “setelah tadi aku selesai melakukan shalat dan berdoa dengan doa yang engkau ajarkan kepadaku, lalu aku keluar dan setelah mendekat denagn rumah sayyidina Utsman bin Affan beliau membuka pintu rumahnya dan menanyakan hajatku, kemudian memenuhi semuanya”, maka sayyidina Utsman bin Harits berkata, sebagaimana riwayat dalam kitab As Syifaa oleh Al Imam Qadhi ‘Iyadh : “Ketika Rasulullah masih hidup, aku melihat seorang yang buta dan berkata di hadapan Rasulullah : “wahai Rasulullah doakanlah aku agar aku dapat melihat”, namun Rasulullah berkata : “jika engkau bersabar maka hal itu lebih baik bagimu”, namun orang buta itu ingin sembuh dan bisa melihat”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhnya untuk berwudhu lalu melakukan shalat 2 rakaat, kemudian beliau mengajarkan doa yang tadi kuajarkan kepadamu setelah selesai mengerjakan shalat, dan kulihat orang itu setelah melakukan shalat dan berdoa, seketika ia melepas tongkatnya dan dapat ia melihat”. Hal ini merupakan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam .

SocialTwist Tell-a-Friend
close
============> [ Close ] =============
>