KEJADIAN NYATA!!! KEUTAMAAN SHOLAT 100 RAKA’AT NAFILAH PADA MALAM NISHFU SYA’BAN…
TANGGAL 16 AGUSTUS 1999
Pukul 03.02 Malam
Gempa yang sangat Dahsyat menggoncang sebuah kota di
Turki yang bernama Marmara, hal yang sangat menakutkanpun terjadi, di Istanbul
juga banyak bangunan yang rusak, banyak orang yang tewas dalam Gempa tersebut.
Setelah berbulan-bulan berlalu, ada sebuah mobil yang
datang ke Pesantren Camlica di Kota yang Bernama Kutahya, setelah turun dari
mobil, mereka disambut oleh seorang Ustadz yang bernama Osman Yilmaz, kemudian
sang Ustadz berkata “Adakah yang bisa saya bantu?” mereka menyodorkan selembar
kertas, pada kertas itu tertuliskan 2 hal ;
1 1)
Nama
Pesantren Camlica, Kutahya
2 2)
Murid yang
bernama Lutfi Taskiran
Kemudian
bapak & ibu ini berkata “Benar disini adalah Pesantren Camlica, tetapi
adakah Murid Universitas yang bernama Lutfi Taskiran?”
Sang Ustadz
menjawab “ada”
Mendengar
jawaban itu, para tamu inipun sangat bahagia sekali, ternyata mimpi mereka itu
benar, mereka tidak sabar untuk bertemu Lutfi Taskiran itu. Kemudian sang
Ustadz mencari Lutfi, akhirnya ketemu, lalu para tamu ini langsung mulai
bertanya kepada Lutfi “Pada tahun lalu apakah kamu mempunyai teman yang bernama…………………”
Lutfi
menjawab “Iya ada, tetapi ia telah meninggal pada gempa tahun lalu”
Mereka
menjawab “Nah… ia itu adalah anak kami, baiklah Lutfi, kami akan bertanya satu
pertanyaan lagi, Apakah tahun lalu ketika Malam Nisfhu Sya’ban, kalian
mendirikan sholat nafilah sebanyak 100 Raka’at?”
Lutfi berkata
“Iya benar’ waktu itu saya mengundangnya untuk datang ke Pesantren saya,
kemudian ia datang, pada waktu itu murid-murid sedang berpuasa, kemudian
kamipun turun untuk makan, iapun ikut makan bersama kami, lalu kamipun sholat
bersama, bahkan sayapun berpikir, malam ini ada ibadah-ibadah yang banyak, ada
sholat 100 Raka’at, saya takut hal ini memberatkan teman saya, tapi
Alhamdulillah ternyata tidak demikian, setelah mendengarkan ceramah tentang
keutamaan sholat nafilah 100 Raka’at pada malam itu, iapun bersedia untuk
bersama-sama kami menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan sholat 100 Raka’at.
Saya sangat senang sekali”.
Bapak &
Ibu pun sambil menangis menjelaskan “Kami kehilangan anak kami ketika gempa terjadi,
kami sangat sedih berkepanjangan”.
Beberapa
bulan kemudian kami melihat anak kami di dalam mimpi, ia sangat bahagia sekali,
ia sedang berada di taman-taman Surga, ia berkata kepada kami “Janganlah
kalian bersedih karena aku, sekarang aku seperti yang kalian lihat, aku
meninggal dalam keadaan syahid, aku di surga”.
Mereka
berkata “Mengapa bisa seperti itu?”
“Pada tahun
lalu, ketika saya sedang belajar di Kutahya, saya mempunyai seorang teman yang
bernama Lutfi Taskiran, ia mengundangku untuk ke Pesantren Camlica, akupun
datang, pada malam itu adalah malam Nishfu Sya’ban, aku mendengar ceramah
“Barangsiapa yang sholat 100 Raka’at pada malam Nishfu Sya’ban, maka jika ia
wafat pada tahun ini, ia akan dicatat sebagai mati Syahid”, oleh karena keberkahan
Sholat ini, Allah Subhânahû Wata’âlâ memberikanku tempat yang tinggi di
SurgaNya, oleh karena itu janganlah kalian bersedih”